Home » » Straat Yongens House Van Holland

Straat Yongens House Van Holland

Posted by Unknown
Traveller, Updated at: 05.05

Posted by Unknown on Rabu, 09 Februari 2011

Yak! Kalimat itu tertera di sebuah papan kayu di depan kos baruku di Bandung. Here I am! Living in Bandung already, resmi pindah dari asrama di Jatinangor nan �horor�. Akhirnya setelah seharian penuh pencarian kosan bareng mbak Danik �teman sekantorku yang luar biasa lembut- juga tak lupa Tilly, aku menemukan tempat tinggal yang nyaman di pusat kota. Memang tidak mewah tapi sangat asri, selain budgetku tidak cukup untuk ngekos di tempat mewah, bagiku juga buat apa rumah mewah kalau tak ada kehangatan disana.



Entah kenapa, di saat hampir putus asa, Tuhan sepertinya membawaku ke rumah di jalan Saninten 27. Memang tidak ada tulisan �Menerima Kos� �konon, banyak tempat di Bandung tidak memasangnya karena sering ada penipuan-- tapi entah kenapa feelingku saat itu membuatku berani untuk mengetuk pintunya dan sekadar bertanya �apakah ada kamar kosong?� Ternyata empunya rumah sangat ramah.Kala pertama kali aku melihat rumah itu hatiku langsung berkata �Inilah tempatnya!� rasanya seperti pandangan pertama ketika kau menemukan belahan jiwamu, dan hatimu berteriak �He is the one!� *halaaaah lebay!*



Latar belakang si empu kos yang bernama Bu Nia dan Pak Fredy, selanjutnya kupanggil Mimi dan Babe ternyata hampir sama dengan keluargaku. Babe yang keturunan Ambon jebolan militer beragama Nasrani dan Mimi, sunda asli, muslim. Di rumah Solo, kami sekeluarga juga berbeda keyakinan, namun aku tetap menghormati dan tentu saja menyayangi mereka semua seperti aku mencintai diriku sendiri. Karakter Babe dan Mimi mirip sekali dengan karakter ibu dan almarhum bapak. Terutama saat ngobrol dengan babe, aku seperti ngobrol sama bapak. Babe dan Mimi hobi traveling dan naik gunung. Aku pernah ditawari �Nanti Tiwi kalo libur ikut naik gunung aja!� Wadhuuuh� aku langsung pengin meledak ni, hehe, karena aku doyan travelling juga.



Boleh dibilang aku bukan ngekos di situ, tapi sudah dianggap anak sendiri. Disana hanya ada dua orang yang ngekos ; aku dan Feny, kerja di iga bakar, dari Malang. Kami sering disuruh makan di rumah, kalo ga mau diomelin. Tapi konsekuensinya ya harus punya tanggung jawab sosial yang tinggi pula. Aku tinggal di kamar yang dulu kamar Pruli. Dua putri babe dan mimi ; Pruli, masih kelas dua SMA, sekolah di luar kota dan yang satu lagi sudah menikah dengan orang Belanda dan tinggal di Belanda -tauu kan aku sangat tergila-gila dengan Negeri Van Oranje itu!!- Babe juga bisa ngomong Belanda,banyak orang Ambon yang bisa bahasa Belanda, mungkin karena ada hubungan dengan RMS.

Hmmm sepertinya aku akan betah disini. Wilujeng sumping di tatar Parahyangan, Tiwi!!!

Share This Post :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Traveller. All Rights Reserved
Template Johny Wuss Responsive by Creating Website and CB Design